Roy Martin Simamora (Pengajar Filsafat Pendidikan ISI Yogyakarta; Alumnus National Dong Hwa University, Taiwan)
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Kita telah berevolusi seperti itu dari zaman ke zaman; dari peradaban ke peradaban. Manusia adalah individu lemah, rentan, tidak akan bertahan hidup tanpa manusia lainnya, apalagi makmur dengan sendirinya. Itu sebabnya kita perlu bekerja sama dan membentuk masyarakat. Ukuran masyarakat itu sebagian besar bergantung pada kemajuan teknologi kita—nenek moyang pemburu-pengumpul kita hidup selama ribuan dan ribuan tahun dalam keluarga kecil dan besar dan terkadang dalam suku kecil dan besar.
Sebagai manusia menetap, mereka mulai membentuk masyarakat yang lebih besar, berkembang dan sebagian mulai menyebar. Satu tingkat, satu langkah di sepanjang jalan itu adalah bangsa. Kita kemudian membentuk langkah-langkah yang lebih tinggi dan lebih menyeluruh di tangga masyarakat yang terbentuk dan mempertahankan identitas, nilai, kebiasaan dan cara hidup sebagai warisan budaya.
Warisan budaya inilah yang kemudian mengikat sebuah bangsa. Warisan budaya sama seperti ikatan kekeluargaan yang mengikat sebuah keluarga. Pengikatan suatu bangsa mengarah pada “Persatuan” atau yang sering kita sebut dengan istilah “Persatuan Indonesia”. Kekuatan persatuan diperlukan untuk bertahan hidup di dunia yang tak terprediksi, penuh lompatan dan, terlepas dari kenyamanan teknologi dan sosial modern yang kita tinggali hari ini. Itu sebabnya manusia sebagian besar masih membutuhkan keluarga mereka, lingkungan lokal mereka, desa, kota, provinsi atau bangsa. Bahkan mereka yang menganggap diri mereka “pengembara”, yang tidak terikat pada tanah hanya bisa eksis karena buah masyarakat pada umumnya, baik itu milik mereka sendiri atau milik tuan rumah mereka.
Selain itu, warisan budaya tidak hanya dapat berfungsi sebagai perekat untuk menyatukan kelompok-kelompok suku, tetapi juga dapat menggunakan manfaat sejarah (heritage being, by nature, by history), yaitu dapat digunakan untuk belajar—tidak hanya untuk memecah belah dan menyatukan orang, tetapi juga untuk memahami apa yang berhasil dan apa yang tidak, apa yang benar dan apa yang salah dan mungkin, bagaimana tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Bagaimana tepatnya warisan ini digunakan sangat bergantung pada elemen-elemen utama masyarakat itu. Singkat cerita—warisan budaya kita adalah tali pusar kita, yang menghubungkan kita dengan seluruh masyarakat di nusantara. Tanpa itu, koneksi itu bisa hilang dan kita harus menjadi bagian dari masyarakat lain atau tetap menjadi orang buangan sepanjang hidup kita.
Indonesia adalah Rumah Warisan Budaya
Kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke adalah rumah bagi warisan budaya yang kaya dan beragam, yang mencerminkan sejarah yang kompleks dan pengaruh berbagai budaya dari waktu ke waktu. Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, dan setiap pulau memiliki budaya, adat istiadat, tradisi, dan bahasa yang unik.
Salah satu aspek warisan budaya Indonesia yang paling menonjol adalah seni dan keahlian tradisionalnya. Indonesia terkenal dengan tekstil batiknya yang rumit, yang dibuat menggunakan teknik pewarnaan tahan lilin. Batik tradisional Jawa, khususnya, diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. Selain itu, seni tradisional Indonesia dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha, yang tercermin dalam ukiran dan pahatan rumit yang terdapat di candi dan bangunan keagamaan lainnya.
Tarian dan musik tradisional Indonesia juga merupakan bagian penting dari warisan budayanya. Setiap pulau memiliki tarian dan musik tradisionalnya sendiri, yang mencerminkan adat dan tradisi masyarakat setempat. Misalnya, tarian dan musik tradisional Bali sangat dipengaruhi oleh agama Hindu dan dicirikan oleh gerakan yang rumit dan kostum yang berwarna-warni. Demikian pula, tarian dan musik tradisional Toraja, di Sulawesi, terkait erat dengan kepercayaan dan ritual animisme mereka.
Aspek penting lain dari warisan budaya Indonesia adalah masakan tradisionalnya. Setiap pulau memiliki tradisi kuliner yang unik, yang mencerminkan iklim, budaya, dan sejarah setempat. Misalnya, masakan tradisional Batak yang dicirikan oleh penggunaan berbagai macam rempah-rempah khas, sedangkan masakan tradisional Minangkabau sangat dicirikan oleh penggunaan santan.
Bisa dibilang, warisan budaya bisa mengacu pada aspek berwujud dan tidak berwujud dari suatu budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ini mencakup hal-hal seperti seni, arsitektur, bahasa, adat istiadat, dan tradisi yang mencerminkan sejarah dan identitas sekelompok orang. Warisan budaya adalah aspek penting dari masyarakat manusia karena membantu membentuk rasa memiliki dan identitas kita, dan juga menyediakan hubungan dengan masa lalu kita.
Aspek nyata dari warisan budaya mencakup struktur fisik seperti monumen, bangunan, dan artefak yang berfungsi sebagai pengingat sejarah dan pencapaian suatu budaya. Misalnya, Candi Borobudur adalah simbol peradaban kuno Indonesia serta pencapaian arsitektur dan tekniknya. Demikian pula, Candi Prambanan adalah bukti keterampilan orang Indonesia di masa lalu dalam matematika, teknik, dan arsitektur.
Aspek warisan budaya yang tidak berwujud mencakup praktik, adat istiadat, dan tradisi seperti musik, tarian, dan dongeng yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Praktik-praktik ini merupakan bagian penting dari identitas budaya dan membantu membentuk lanskap sosial dan budayanya. Misalnya, bentuk tarian tortor Batak adalah tradisi kaya yang mencerminkan budaya, sejarah, dan kepercayaan spiritual masyarakat Batak. Demikian pula, penceritaan tradisional penduduk asli di sekitar Danau Toba merupakan aspek penting dari warisan budaya mereka, yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Memahami dan Menghargai Budaya
Warisan budaya mempromosikan keanekaragaman dan pemahaman budaya. Ini memungkinkan orang untuk belajar dan menghargai kebiasaan, tradisi, dan praktik budaya yang berbeda. Misalnya, generasi penerus bangsa diajak mengunjungi masjid, pura, atau gereja dapat memberikan pemahaman tentang praktik dan kepercayaan agama yang berbeda. Demikian pula, tarian tradisional dan pertunjukan musik tradisional membantu orang belajar tentang berbagai budaya dan sejarahnya. Dengan memahami dan menghargai budaya yang berbeda, orang—terutama generasi muda—dapat mengembangkan sikap yang lebih toleran dan menerima terhadap orang lain, yang dapat membantu mempromosikan perdamaian dan keharmonisan dalam masyarakat.
Maka, warisan budaya tidak hanya terbatas pada masa lalu, tetapi juga terus berkembang hingga saat ini. Hal ini penting karena memungkinkan budaya beradaptasi dengan keadaan yang berubah, sambil tetap mempertahankan nilai inti dan tradisinya. Fenomena yang menarik adalah beberapa kesenian tradisional masyarakat adat di Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan akibat masuknya pengaruh bentuk kesenian Barat, namun tetap mempertahankan unsur-unsur tradisionalnya, menjadikannya perpaduan unik antara masa lalu dan masa kini.
Syahdan, warisan budaya adalah bagian dari sejarah manusia kita bersama, dan merupakan tanggung jawab kita untuk melestarikannya untuk generasi mendatang. Warisan budaya adalah sumber daya yang tidak dapat diperbarui dan merupakan tugas kita untuk memastikan bahwa itu dilindungi dan diwariskan kepada generasi mendatang. Kita patut menjaga dan melestarikannya. Hilangnya warisan budaya karena terbengkalai atau pembangunan dapat mengakibatkan hilangnya informasi penting tentang masa lampau dan juga dapat mengakibatkan tergerusnya identitas budaya Indonesia.
Dengan demikian, kepulauan Indonesia adalah rumah bagi warisan budaya yang kaya dan beragam yang mencerminkan sejarahnya yang kompleks dan pengaruh berbagai budaya dari waktu ke waktu. Dari seni dan keahlian tradisional, hingga tarian dan musik, hingga arsitektur dan masakan, warisan budaya Indonesia merupakan aspek penting dari identitasnya dan sumber berharga untuk memahami masa lalu dan masa kini.
Penting untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya ini karena membantu membangun masyarakat yang lebih toleran dan menerima dan juga membantu kita untuk lebih memahami dan menghargai saat ini. Pelestarian warisan budaya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan LSM, tetapi juga menjadi tanggung jawab setiap anggota masyarakat. Dengan melestarikan dan mempromosikan warisan budaya, kita tidak hanya melestarikan masa lalu tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.*