Nusantara Academic Writing Award (NAWA) adalah penghargaan penulisan pascariset (post-research writing grant) untuk tesis dan disertasi bagi mahasiswa magister dan doktor di perguruan tinggi di Indonesia tentang topik-topik yang sesuai dengan platform Nusantara Institute, yaitu studi mengenai dunia pendidikan, kesenian, kebudayaan, dan keagamaan di Indonesia. Program ini diadakan oleh Nusantara Institute sejak 2019 bekerja sama dengan Bakti BCA. Pada 2024, Bakti Pendidikan Djarum Foundation turut bergabung mensponsori NAWA.
Daftar Nama Awardee Nusantara Academic Writing Award (NAWA) 2024
Alvina Maghfiroh (Universitas Diponegoro)
Judul Tesis: Etnografi Komunikasi pada Tradisi Buka Luwur Pepunden Mbah Werni Kabupaten Jepara, Jawa Tengah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kearifan lokal pada tradisi Buka Luwur Pepunden Mbah Werni Kabupaten Jepara, khususnya mengidentifikasi pola komunikasi beserta implikasinya. Lokus penelitian di Desa Blimbingrejo, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam. Data diperoleh dari informan, yakni juru kunci, pengurus harian pepunden, panitia penyelenggara, perangkat desa, serta masyarakat Desa Blimbing Rejo dan sekitarnya yang terlibat dalam tradisi tersebut. Data dianalisis menggunakan pendekatan etnografi komunikasi. Hasil penelitian ini menemukan fenomena baru bahwa tradisi Buka Luwur memiliki pola komunikasi yang unik, dengan urutan genre, topic, purpose, setting, key, participants, message form, message content, act sequences, rules of interaction, dan norms of interpretation. Adapun implikasi yang muncul dalam penyelenggaraan tradisi Buka Luwur Pepunden Mbah Werni adalah tertanamnya spiritualitas penghormatan terhadap leluhur dan tingkat kejujuran dalam kehidupan bermasyarakat di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Ni’am Khurotul Asna (Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung)
Judul Tesis: Kontekstualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Nusantara dalam Dinamisasi Tradisi Megengan Show di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur
Abstrak
Fenomena tradisi slametan “Megengan Show” yang bernafaskan Islam di sebuah desa di Kabupaten Trenggalek telah mengalami perubahan mendasar dan transformasi bentuk termasuk dalam proses ritual. Tidak seperti sebelumnya, sejak beberapa tahun silam, masyarakat setempat memodifikasi proses ritual yang dipadukan dengan kesenian dan tradisi lokal khas Desa Jajar. Dengan modifikasi ini, tradisi megengan menjadi lebih hidup, diminati semua kalangan serta selaras dengan perkembangan budaya masyarakat tanpa menghilangkan substansi nilai-nilai tradisional dan keagamaan yang sudah ada. Melalui dinamisasi tradisi ala Gus Dur sebagai formula baru dalam melihat secara utuh makna dan nilai penting tradisi lokal Nusantara, studi ini melihat bahwa modifkasi tradisi tersebut juga terhubung pada nilai-nilai pendidikan yang terimplikasi dalam keseharian masyarakat.
Yoggy Hermondi Manu (Universitas Kristen Satya Wacana)
Judul Tesis: Menarikan Keindonesiaan dari Pinggir Selatan: Ritual Civil Religion dalam Tarian Kebalai di Rote Ndao, NTT
Abstrak
Tesis ini mengkaji tentang tarian kebalai pada perayaan 17 Agustus di Rote Ndao, NTT. Tarian kebalai diekspresikan secara kolektif oleh masyarakat Rote dengan cara membentuk lingkaran, bergandengan tangan, dan menari mengikuti bini atau syair yang dinyanyikan. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi realis, menggunakan teknik purposive sampling, cara pengambilan data melalui wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menemukan bahwa masyarakat Rote mengkonstruksi tarian kebalai pada perayaan 17 Agustus sebagai ritual civil religion untuk mensyukuri peristiwa kemerdekaan yang dianugerahkan oleh Ramatua (Tuhan) kepada mereka, lewat tarian ini masyarakat memberi penghormatan kepada parah pahlawan, founding fathers and mothers bangsa Indonesia yang meninggal dalam peperangan melawan Belanda dan Jepang sampai memerdekakan bangsa Indonesia. Di saat yang sama, tarian kebalai dapat mengintegrasikan kembali masyarakat Rote yang tersegregasi. Bini atau syair tarian kebalai juga memperkokoh semangat nasionalisme masyarakat Rote. Nasionalisme ini merupakan wujud otentisitas cinta masyarakat Rote terhadap tanah air (Indonesia) sekaligus menjaganya dari pinggir selatan.
Fitri Nuraeni (Universitas Gadjah Mada)
Judul Tesis: Revitalisasi Batik Patron Ambarawa: Preservasi Warisan Budaya dan Penguatan Identitas Lokal
Abstrak
Batik Patron Ambarawa merupakan batik yang lahir dan berkembang di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Batik Patron Ambarawa pada mulanya dibuat dan digunakan oleh masyarakat Ambarawa pada masa kolonial Belanda. Masyarakat tersebut berasal dari etnis Eropa, kaum Indo, pribumi Jawa, dan Cina yang merasa perlu menciptakan kain batiknya sendiri yang berbeda dari batik pedalaman Vorstenlanden maupun batik pesisiran Pekalongan dan Lasem. Keberadaan batik motif Ambarawa ini menghilang bersama dengan kedatangan dan pendudukan bala tentara Jepang di Indonesia. Masyarakat Ambarawa tidak lagi mengingat bahwa leluhurnya pernah memiliki motif batiknya sendiri yang khas. Keadaan ini berjalan cukup lama, sampai kemudian di era tahun 2020-an sekelompok penggiat batik berhasil menemukan arsipnya di Tropen Museum Belanda. Sejak itulah perlahan-lahan keberadaan Batik Patron Ambarawa terkuak dan dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui latar belakang penciptaan dan proses revitalisasinya, (2) mengetahui perwujudan Batik Patron Ambarawa dan potensi pengembangan di masa depan, (3) memahami makna Batik Patron Ambarawa bagi komunitas pendukungnya hingga menjadi identitas budaya daerah.
Jear Niklas Doming Karniatu Nenohai (Center for Religious and Cross-cultural Studies, Universitas Gadjah Mada)
Judul Tesis: Dekolonialisasi Pendidikan Kepercayaan: Studi Kasus Pendidikan Kepercayaan Marapu di Sumba Timur
Abstrak
Tesis ini mengkaji Pendidikan Kepercayaan Marapu, sebuah layanan pendidikan agama bagi komunitas Marapu di Sumba Timur. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, studi dokumen, dan observasi partisipatoris selama tiga bulan (Januari-Maret 2024) di Sumba Timur. Olahan data dianalisis melalui tiga spektrum indigenisasi: pelibatan (inclusion), rekonsiliasi (reconciliation), dan dekolonialisasi (decolonialization) yang dikembangkan oleh Gaudry dan Lorenz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan Kepercayaan Marapu tidak mendukung anak-anak Marapu untuk menjadi religius karena tidak memuat paradigma pendidikan Marapu dalam lingkup komunitas. Sebagai alternatif, tesis ini menawarkan gagasan Dekolonialisasi Pendidikan Kepercayaan Marapu guna merancang ulang model pendidikan transformatif untuk mendukung anak-anak Marapu menjadi religius sesuai cita-cita pendidikan nasional.
Puri Kurniasih (Institut Seni Indonesia Surakarta)
Judul Disertasi: Epistemologi Garin Nugroho dalam Film Kucumbu Tubuh Indahku
Abstrak
Disertasi ini menyelidiki konstruksi berpikir Garin Nugroho (GN) di balik pengkaryaan film Kucumbu Tubuh Indahku (KTI). KTI terinspirasi dari perjalanan tubuh Rianto Manali (RM) sebagai penari Lengger Lanang. Perspektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi naratif Paul Ricoeur. Metode naratif menjadi kerangka kerja untuk menafsirkan penalaran, pengalaman, dan intuisi sebagai sarana GN untuk membangun epistemologi-nya dalam KTI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ide sutradara adalah ruang interaksi antara tiga elemen, yaitu bentuk artistik dan konsep artistik yang menghasilkan imaji artistik. Dapat disimpulkan bahwa ketiga elemen tersebut menjadi kaidah penciptaan film atas eksperimen GN mengenai penggambaran subjek gender ketiga dalam KTI.
Kiftiawati (Universitas Indonesia)
Judul Disertasi: Kontestasi Identitas Kultural Masyarakat Kutai Adat Lawas di Desa Tua Kedang Ipil, Kalimantan Timur
Abstrak
Desa Kedang Ipil merupakan tempat tinggal masyarakat Kutai Adat Lawas, yakni masyarakat Dayak Kutai pra-Islam (sebelum abad ke-13 Masehi) dan terletak tepat di depan Ring 1 IKN. Di abad lampau, desa tua ini memainkan peran sebagai poros penting Kesultanan Kutai Kartanegara. Di abad digital ini, desa Kedang Ipil menjadi ekosistem terakhir tradisi dan religi tua Kutai pra-Islam. Sayangnya, masyarakat tua ini mengalami perubahan: religi dan tradisi tua semakin ditinggalkan atau disederhanakan, pelaku ritual menurun drastis, mantra berbahasa dewa dan etnomedisin kuno terancam punah, sengketa lahan dengan perusahaan kelapa sawit dan tambang batu bara terjadi, dan muncul standar-standar baru yang mengakibatkan stratifikasi sosial bergeser. Tahun 2023, masyarakat semakin rasional dan terpolarisasi antara mendukung atau meninggalkan tradisi lama. Upacara Tepung Tawar (ritual pelantikan kepala desa oleh Dewa di dunia atas) menjadi pertaruhan identitas karena kepala desa terpilih secara tegas sempat menolak ritual tersebut. Riset ini berpijak pada pertanyaan bagaimana ritual Tepung Tawar menjadi arena kontestasi identitas kultural masyarakat Kutai Adat Lawas. Dengan menggunakan metode penelitian etnografi dan perangkat teori terkait identitas dan relasi kuasa, riset disertasi ini diharapkan mampu merumuskan rekomendasi langkah strategis untuk masyarakat adat dan pemerintah daerah dalam menghadapi perubahan di tengah hiruk-pikuk IKN dan instannya abad digital.