Daftar Nama Peraih Nusantara Academic Writing Award (NAWA) 2022 & Abstrak Tesis/Disertasi

Nusantara Academic Writing Award (NAWA) adalah penghargaan dalam bentuk grant (bantuan finansial) untuk penulisan tesis/disertasi bagi mahasiswa master atau doktor di perguruan tinggi Indonesia. Program ini diadakan setiap tahun melalui kompetisi nasional. Di antara syarat utama NAWA adalah (1) mahasiswa sudah menyelesaikan tahap penelitian, (2) sedang dalam proses menulis / menyelesaikan tesis/disertasi, serta (3) tema tesis/disertasi harus sesuai dengan visi, misi, dan platform Nusantara Institute. Program ini diadakan oleh Nusantara Institute bekerja sama dengan PT Bank Central Asia, Tbk.

Linda Mayasari (Universitas Sanata Dharma)

Judul Tesis: Bagong Kussudiardja: Estetika Jawa, Mabuk Amerika, hingga Kepahlawanan versi Orde Baru

Abstrak

Bagong Kussudiardja adalah salah satu koreografer yang melintas tiga periode, yaitu  Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Selain itu, ia juga memiliki kedekatan afiliasi dengan negara. Karya tari Bagong Kussudiardja dapat dimaknai sebagai simbol estetik yang memperlihatkan relasi antara tubuh dengan politik identitas, lanskap relasi, dan kontestasi kuasa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk menelisik pengaruh dinamika sosial politik terhadap tiga karya Bagong Kussudiardja, yakni Tari Derita (1956-1959), Tari Wira Pertiwi (1969-1970), dan Tari Guruh Gemuruh (2002). Ketiganya mencerminkan pengaruh tiga periode kuasa negara. Penelusuran konteks penciptaan tiga karya tersebut menggunakan data utama berupa arsip tulisan, foto, video, artikel, liputan media, dokumen-dokumen resmi, dan catatan pribadi.

Mensituasikan karya-karya Bagong Kussudiardja sebagai bagian dari politik identitas ke-Indonesia-an di dalam dinamika politik global akan dibedah dengan teori kewargaan kosmopolitan dan multikulturalisme Stevenson, yang menekankan pada gagasan kewargaan kosmopolitanisme dan multikulturalisme dalam kaitannya dengan dunia, kebangsaan, kota, dan diri. Jenis wacana yang bekerja di dalam tiga karya tari Bagong Kussudiardja yang menandai titik-titik penting jejak praktik seni tari dan konteks sosial politik yang melatarinya akan ditelusuri menggunakan teori empat wacana Lacan. Membaca ulang tiga karya tari Bagong Kussudiardja dan mensituasikannya ke dalam konteks sosial-politik-ekonomi yang melatarinya, kita bisa melihat bagaimana rezim-rezim dominan merangsek ke dalam seni, turut mengkoreografi jenis estetika, dan tubuh diperebutkan untuk dikuasai sebagai instrumen untuk memenangkan dan melanggengkan kekuasaan.

Fatih Abdulbari (Universitas Gadjah Mada)

Judul Tesis: Melukis di Tengah Perang: Dullah dan Murid-Muridnya dalam Melukiskan Revolusi Indonesia.

Abstrak

Dalam historiografi Indonesia, Revolusi 1945-1949 kerap ditulis sebagai sebuah peristiwa politik dan militer. Padahal, revolusi hanya mungkin terjadi dengan dukungan dari berbagai golongan dan kalangan, salah satunya seniman. Golongan ini (para seniman) turut serta dalam revolusi sebagai faktor penentu yang membangun suasana perjuangan dan bahkan ikut berjuang melalui seni. Salah satu seniman itu adalah pelukis Dullah dan kelima muridnya: Moh. Toha, Muh. Affandi, F.X. Soepono, Sri Suwarno, dan Sardjito. Mereka secara langsung terjun ke garis depan peperangan dan revolusi dengan tujuan untuk mendokumentasikan peristiwa-peristiwa yang terjadi melalui lukisan.

Tesis ini bertujuan untuk merekonstruksi bagaimana mereka melakukan kegiatan itu, serta menggunakan lukisan mereka sebagai sumber sejarah primer untuk merekonstruksi, bukan hanya bagaimana mereka melukiskannya, tetapi juga peristiwa apa yang dilukis. Melalui metode sejarah dengan pendekatan mentalitas (cultural history) dan semiotik, penelitian ini menunjukkan bahwa dalam periode Revolusi Indonesia pertama-tama seniman memiliki andil besar karena bukan hanya membangun atmosfer perjuangan yang begitu gempita, tetapi juga banyak yang terjun langsung ke tengah medan perang dan revolusi. Mereka membangkitkan semangat perjuangan melalui karya seni.

Selain itu seni digunakan secara aktif, baik oleh seniman maupun republik, karenanya terbentuk sebuah kondisi mentalitas dunia seni yang sangat dinamis. Kedua, melalui kondisi ini Dullah mencetuskan gagasannya untuk mendokumentasikan revolusi Indonesia melalui lukisan dan merealisasikannya selama revolusi berlangsung. Apa yang dilakukan Dullah dan murid-muridnya bukan sekadar berkarya seni tetapi juga melukiskan sebuah dokumentasi nasional atas revolusi melalui lukisan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa karya seni seperti lukisan sebenarnya berharga serta dapat digunakan sebagai sumber sejarah primer yang kuat.

Firqah Annajiyah Mansyuroh (Universitas Islam Negeri Antasari, Banjarmasin)

Judul Disertasi: Akulturasi Hukum Waris pada Masyarakat Etnis Tionghoa Kalimantan Selatan

Abstrak

Masyarakat etnis Tionghoa Kalimantan Selatan adalah warganegara Indonesia yang merupakan keturunan dari leluhur Tiongkok. Leluhur orang Tionghoa berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan ke Pulau Kalimantan. Hubungan sosial kemasyarakatan antara etnis Tionghoa sebagai pendatang dan suku Banjar sebagai penduduk asli Kalimantan Selatan sudah terjalin jauh sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk.

Disertasi ini mengkaji tentang akulturasi hukum masyarakat etnis Tionghoa Kalimantan Selatan, khususnya hukum waris. Penelitian dilakukan dan dibagi menjadi tiga wilayah kajian, yaitu perkotaan, pedesaan, dan pesisir di Provinsi Kalimantan Selatan. Topik permasalahan yang dikaji dalam disertasi ini ialah fenomena akulturasi hukum waris dengan melihat variabel religiusitas, heterogenitas agama yang dianut, dan kontak budaya. Selain itu, tesis ini juga berusaha menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya akulturasi hukum waris seperti pendidikan, gender, dan faktor personal.

Riset ini menggunakan pendekatan hukum empiris. Temuan utama dari penelitian disertasi ini terlihat adanya akulturasi yang menciptakan hukum hidup baru dari percampuran ketiga hukum pembagian warisan yang berlaku di Indonesia dengan hukum yang dianut oleh masyarakat etnis Tionghoa dalam pembagian harta warisan dalam keluarga mereka yang heterogen dari aspek agama. Dapat disimpulkan bahwa hukum yang hidup dalam masyarakat bukan hanya persoalan yuridis tetapi juga memiliki kepentingan sosial, agama, budaya, dan ekonomi yang saling tarik menarik untuk saling mempengaruhi.

Jovico Onis Samallo (Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga)

Judul Tesis: Relasi Lintas Agama, Lintas Pulau: Imajinasi Folklor dalam Hubungan Gandong Nusalaut-Ambalau di Kota Ambon

Abstrak

Tesis ini bertujuan menganalisis imajinasi sosial lintas agama dalam pengetahuan lokal (folklore) relasi persaudaraan kultural (gandong) antara masyarakat Nusalaut dan masyarakat Ambalau di Kota Ambon. Dinamika kehidupan sosial di Kota Ambon telah berkelindan dengan realitas masyarakat urban dan segregasi, bahkan pernah mengalami situasi konflik yang dipolitisir sebagai konflik agama. Fokus tesis ini pada tindakan imajinasi folklor nusamba melalui kelisanan lintas generasi masyarakat Nusalaut dan masyarakat Ambalau dalam tindakan sosial antaragama di Kota Ambon.

Berbeda dengan karya-karya akademik sebelumnya yang pada umumnya hanya fokus pada studi relasi lintas agama atau sebatas hubungan antarnegeri (desa), tesis ini hendak melihat relasi masyarakat antarpulau. Masyarakat Nusalaut dan masyarakat Ambalau memiliki relasi persaudaraan kultural (gandong) lintas pulau dan lintas agama. Keseluruhan masyarakat di Pulau Nusalaut menganut Kristen, sedangkan keseluruhan masyarakat di Pulau Ambalau menganut Islam. Imajinasi sosial dalam folklor nusamba dianalisis dengan menggunakan teori folklore, imagined communities, dan interreligious engagements.

Riset ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi realis dan autoetnografi. Teknik pengumpulan data didapati dengan cara observasi dan wawancara mendalam dengan masyarakat Nusalaut dan masyarakat Ambalau yang berada di Kota ambon. Imajinasi sosial folklor dalam kehidupan masyarakat Nusalaut dan masyarakat Ambalau merupakan sebuah keunikan kolektif identitas. Persaudaraan kultural berlangsung secara kolektif bagi masing-masing masyarakat Nusalaut maupun masyarakat Ambalau dengan menghadirkan nilai soliditas dan solidaritas. Perjumpaan antara masyarakat Nusalaut dan masyarakat Ambalau secara terbuka meredamkan egoisme masyarakat yang kuat di Nusalaut dan Ambalau. Selain itu, imajinasi folklor di Kota Ambon tidak sebatas merawat dan mempertahankan folklor yang hidup, tetapi menciptakan Ambon sebagai ruang imajinasi antaragama masyarakat.

Siti Nur Hasisah (Universitas Diponegoro)

Judul Tesis: Kajian Etnografi Komunikasi Bentuk dan Pola Komunikasi dalam Seni Pertunjukan Laesan di Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang

Abstrak

Pro-kontra antara “masyarakat tradisi” dan “masyarakat santri” di Lasem mengenai laesan sangat mempengaruhi eksistensi kesenian tersebut. Hal ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian pemakaian pola komunikasi, baik verbal maupun nonverbal, yang dilakukan oleh masyarakat tradisi dalam menampilkan laesan. Dampaknya, mengakibatkan muncul interpretasi yang kurang baik dari masyarakat santri terhadap seni pertunjukan laesan. Oleh masyarakat/komunitas santri, para pegiat seni laesan ini dianggap melanggar kaidah beragama yang berlaku di dalam ajaran agama Islam. Karena itu, seni laesan sempat terisolir.

Laesan telah ada sejak 1940-an, tumbuh dan berkembang hingga kini. Dalam perkembangannya, laesan mengalami pasang surut. Meski sempat “mati suri”, sejak 1987, laesan kembali hidup di dalam masyarakat karena perjuangan para budayawan dan seniman laesan yang berhasil menunjukkan pada masyarakat bahwa laesan ini tidak mengandung unsur syirik. Justru laesan ini merupakan wujud akulturasi budaya Jawa dan Islam yang perlu dijaga eksistensinya.

Seni pertunjukan tradisional yang berupa tarian dalam lima babak serta diiringi tetembangan dan tetabuhan khas laesan yang di dalamnya terdapat unsur trance ini mengandung pesan-pesan kehidupan dalam setiap babak pertunjukannya. Laesan juga memanfaatkan sastra berwujud prosa untuk melengkapinya agar berpadu dengan indah. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji eksistensi laesan pada masa kini, menganalisis bentuk dan pola komunikasi serta faktor-faktor penyebabnya. Riset ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau bedah etnografi komunikasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian akan menunjukkan bagaimana pola komunikasi yang terjadi, bentuk dan strategi penyampaian pesan, serta uraian faktor-faktor yang mempengaruhi pertunjukannya di masa kini.

Fathur Rohman (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya)

Judul Disertsasi: Pesantren Ukir: Studi Etnografi Transmisi Seni Budaya Ukir di Pesantren Jepara

Abstrak

Seni ukir sebagai warisan budaya lokal Jepara, Jawa Tengah, saat ini sedang diterpa masalah dalam hal proses pewarisan. Lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai sarana transmisi budaya seakan gagap mengemban tugas tersebut. Di tengah kondisi inilah, Pesantren Matholi’ul Anwar Tahunan dan Pesantren Babussalam Mulyoharjo hadir sebagai alternatif untuk mewadahi transmisi ukir. Kedua pesantren tersebut berhasil menghidupkan seni ukir di lingkungannya tanpa harus kehilangan karakter aslinya. Dari situ, penting kiranya menganalisis transmisi ukir di pesantren meliputi motif yang melatarbelakangi, model yang digunakan, dan pengaruh seni ukir terhadap pesantren. Untuk sampai kesana, kajian disertasi ini memilih etnografi sebagai metode penelitian dengan mengacu pada teori transmisi budaya John W. Berry.

 

Hasil kajian ini mengungkapkan bahwa transmisi ukir di pesantren meliputi tiga hal, yaitu unsur budaya, proses, dan metode. Unsur budaya meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, norma, dan kebiasaan. Sementara proses transmisi dilakukan dengan model diagonal melalui kiai dan santri senior serta horisontal melalui sesama santri seangkatan. Adapun bentuk transmisinya adalah akulturasi yang mengarah pada integrasi, sedangkan metodenya adalah metode ajaran natah atau nyantrik ukir dengan pola genaon atau ngenek. Adanya transmisi ukir di pesantren dalam bentuk akulturasi-integrasi berimbas pada budaya pesantren sehingga kedua pesantren di atas memiliki karakteristik yang berbeda dengan pesantren-pesantren lain, khususnya di wilayah Jepara.

Sarah Monica (Universitas Indonesia)

Judul Tesis: Pengalaman dan Transformasi Spiritualitas: Etnografi Pelaku Tasawuf Urban di Rumi Centre

Abstrak

Tesis ini mengkaji tentang pengalaman spiritual para jamaah majelis zikir Rumi Centre sebagai pelaku tasawuf urban yang berafiliasi dengan tarekat Naqsyabandiyah Haqqani. Pengalaman-pengalaman yang mendorong mereka memenuhi panggilan ilahiah (calling), hingga kemudian memilih jalan tasawuf sebagai upaya pencarian makna kehidupan. Ketegangan, disorientasi, dan kegersangan batin pada umumnya dialami masyarakat urban sebagai konsekuensi tekanan hidup yang berat dan ritme waktu yang cepat. Fenomena hijrah di perkotaan menunjukkan sebuah proses adaptasi sosial budaya masyarakat melalui wadah keagamaan demi menggapai kepastian dan kestabilan hidup. Akan tetapi, keputusan hijrah ke wilayah tasawuf merupakan pilihan krusial yang mengakar tidak hanya pada pertimbangan logis maupun psikologis, melainkan juga dari faktor pengalaman mistis.

 

Melalui perspektif antropologi, kebenaran-kebenaran yang diyakini tersebut membentuk perubahan nilai, cara pandang atas dunia, serta etos para pelaku tasawuf urban. Berdasarkan hasil penelitian, pengalaman spiritual yang dialami menggambarkan kondisi liminalitas penganut tasawuf yang sedang dalam fase dimurnikan dan diarahkan sebagai tahapan persiapan menuju tingkat ruhani yang lebih tinggi. Dengan demikian, terjadi proses transformasi spiritual di mana pengaruh pengalaman spiritual sebelumnya membentuk ekspresi beragama yang intens dan menyeluruh sebagai manifestasi penghayatan (wusul) dan kecintaan (mahabah) manusia kepada Tuhannya. Riset ini dilakukan dengan metode etnografi melalui perpaduan observasi partisipatoris, wawancara mendalam, dan studi literatur.

Rexha Septine Faril Nanda (Institut Teknologi Bandung)

Judul Tesis: Perubahan dan Pergeseran Nilai Ruang Rumah Tradisional di Kawasan Saribu Rumah Gadang Sebagai Hasil Komodifikasi Ruang Berbasis Pariwisata (Homestay)

Abstrak

Kawasan Saribu Rumah Gadang merupakan aset pariwisata budaya Minangkabau, dimana pada kawasan tersebut terdapat ratusan Rumah Gadang yang berjejer rapi dan saling berdekatan. Rumah Gadang merupakan rumah tradisional yang merepresentasikan budaya Minangkabau yang sarat akan nilai simbolis dan nilai fungsi ruang yang telah disepakati bersama. Namun sebagai destinasi wisata, rumah gadang di kawasan ini rentan mengalami perubahan atau komodifikasi. Rumah Gadang yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat kegiatan adat, sekarang difungsikan juga sebagai homestay (pondok wisata). Terdapat 12 Rumah Gadang yang dijadikan sebagai homestay di Kawasan Saribu Rumah Gadang tersebut.

Penelitian tesis ini mengambil sampel sebanyak 10 dari 12 Rumah Gadang dikarenakan dua Rumah Gadang yang tidak difungsikan sebagai homestay oleh pemiliknya untuk sementara waktu. Pada 10 Rumah Gadang ini ditemukan upaya komodifikasi Rumah Gadang yang berpotensi menghasilkan perubahan dan pergeseran nilai ruang Rumah Gadang itu sendiri. Riset ini menggunakan metode campuran eksploratori sekuensial. Data kualitatif diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara kepada pengunjung dan pemilik Rumah Gadang yang dijadikan homestay. Selanjutnya data kuantitatif diperoleh melalui perhitungan Space Syntax untuk memperjelas temuan kualitatif sebelumnya. Penelitian ini menemukan bahwa komodifikasi (perubahan gubahan) Rumah Gadang yang ditunjukkan dengan penambahan area di luar area utama Rumah Gadang menyebabkan terjadinya pergeseran nilai dari Rumah Gadang itu sendiri.

Selain itu, penambahan area di luar area utama Rumah Gadang berpengaruh terhadap nilai integritas ruang Rumah Gadang berdasarkan perhitungan Space Syntax, misalnya pada area lanjar (ruang tengah). Area lanjar pada beberapa objek penelitian tidak lagi menjadi ruang dengan nilai integritas tertinggi. Artinya, area lanjar tersebut sudah mengalami pergeseran nilai simbolisnya dalam satu gubahan Rumah Gadang. Kemudian, hasil analisis data kualitatif dan kuantitatif digabungkan sehingga menghasilkan pemetaan komodifikasi dari 10 Rumah Gadang yang menjadi objek penelitian. Selain memberikan kontribusi keilmuan mengenai ruang dan budaya, luaran penelitian tesis ini diharapkan bisa dijadikan bahan rujukan/evaluasi pengembangan pariwisata budaya, khususnya di Sumatra Barat.