Beranda Publikasi Kolom Tradisi Natal Keliling di Salutambun, Mamasa, Sulawesi Barat

Tradisi Natal Keliling di Salutambun, Mamasa, Sulawesi Barat

353
0

Jefri Andri Saputra (Alumni Pascasarjana IAKN Toraja)

Hari Natal adalah hari raya yang selalu dinanti-nantikan umat Kristiani di setiap tahun. Salah satu tradisi perayaan Natal yang masih dilestarikan di beberapa daerah di Mamasa saat ini, termasuk daerah Salutambun, adalah tradisi Natal keliling.

Selain karena keunikannya dibanding pelaksanaan Natal pada umumnya, tradisi ini menarik karena pelaksanannya di minggu adven (masa penantian). Selain itu, terdapat masalah terkait keluhan penyakit yang biasa dialami beberapa warga jemaat akibat konsumsi makanan secara berlebihan selama pelaksanaan Natal keliling.

Tradisi Natal keliling di Salutambun, digagas oleh Alm. Pdt. J. B Sumoja. pada tahun 1987. Tradisi ini biasa disebut sebagai Natal keluarga, ibadah kunjungan, atau ziarah. Nama Natal keliling digunakan karena pelaksanaan tradisi ini dilakukan dengan berkeliling melakukan ibadah di rumah-rumah warga jemaat (Hagi, n.d.; Mastutik, 2021).

Jika dilihat dari bentuk dan penekanan dalam tata ibadah, Natal keliling juga disebut sebagai ibadah nyanyian. Ibadah ini didominasi oleh seruan berbalasan atau percakapan, dan selalu diselingi oleh nyanyian jemaat. Dalam rumusan percakapan dan pemilihan nyanyian, penekanan utamanya berfokus pada tema manusia yang berdosa, orang berdosa yang bertobat, janji dan penggenapan penyelamatan Allah melalui kelahiran Yesus (Hagi, n.d.).

Persiapan Natal keliling dimulai dari pembagian wilayah pelayanan (sekaligus waktu pelaksanaan kegiatan). Jika jemaat dibagi menjadi empat wilayah pelayanan, maka Natal keliling dilaksanakan selama empat hari. Hari pertama, wilayah pelayanan I menjadi wilayah ibadah. Semua jemaat di wilayah I menjadi tuan rumah, menyiapkan tempat dan sarana ibadah, serta jamuan kasih (makanan).

Jemaat di wilayah II-IV akan menjadi pengunjung sekaligus pelayan ibadah. Jika jumlah rumah di wilayah I adalah 25 rumah, maka warga jemaat di wilayah II-IV akan dibagi menjadi 25 kelompok kecil. Setiap kelompok kecil akan dikoordinir oleh seorang koordinator yang biasanya diambil dari majelis gereja, atau pengurus persekutuan kategorial. Anggota kelompok kecil terdiri dari anak-anak hingga orang tua.

Secara garis besar, tradisi natal keliling dilaksanakan dengan beberapa prosesi. Pertama, pengunjung yang telah dibagi ke dalam kelompok kecil akan melakukan persiapan bersama di gedung gereja. Setelah semua anggota kelompok menerima tugas pelayanan dalam ibadah, seorang majelis gereja memimpin doa bersama.

Selanjutnya masing-masing kelompok kecil menuju rumah yang akan menjadi tempat kunjungan mereka. Ibadah akan dilaksanakan setelah semua anggota kelompok kecil tiba di tempat kunjungannya masing masing. Setelah ibadah selesai, setiap rumah akan melaksanakan makan bersama dengan pengunjungnya masing-masing. Kegiatan ini kemudian akan ditutup dengan kegiatan ziarah Natal.

Terdapat beberapa alasan yang sekaligus memuat tujuan pelaksanaan natal keliling, yaitu sebagai berikut

Memperkuat Ikatan dan Relasi

Pelaksanaan Natal keliling berdasar pada kisah kunjungan Maria ke Elisabet, serta momen Natal perdana yang terjadi dalam keluarga Yusuf dan Maria. Kunjungan Maria ke Elisabet sebelum kelahiran bayi mereka adalah salah satu teladan mengenai urgensi menjaga silaturahmi dalam menghayati penantian masa raya Natal (Hagi, n.d.).

Menurut beberapa warga jemaat, momen kelahiran Yesus dalam sebuah keluarga merupakan inspirasi bagi terbentuknya tradisi pelaksanaan Natal keliling yang memulai ibadah Natal di dalam keluarga (Mastutik, 2021). Sehubungan dengan kedua kisah ini, jemaat setempat meyakini bahwa Natal juga perlu dimulai dari keluarga.

Selain menjadi sarana untuk saling mengunjungi dan membangun tali silaturahmi. Natal keliling juga menjadi sarana mengintrospeksi diri dan memperbaiki relasi yang renggang dengan sesama. Akta ibadah yang memuat peringatan dan seruan pertobatan dimaknai sebagai momen untuk terus mengevaluasi diri agar jemaat dapat memasuki perayaan Natal dalam keadaan yang benar-benar siap secara jasmani maupun rohani (Hagi, n.d.).

Melalui tindakan ini, Natal keliling pertama-tama dapat dilihat sebagai momen untuk memperkuat ikatan dan relasi dalam persekutuan jemaat. Ikatan dan relasi yang dimaksud di sini tidak hanya kepada sesama tetapi juga kepada Tuhan.

Kebutuhan Pelayanan

Natal keliling juga lahir dari visi dan kebutuhan pelayanan di jemaat. Tradisi Natal keliling berorientasi pada kehidupan persekutuan yang saling melayani. Momen saling melayani ini diperlihatkan secara jelas dalam pelaksanaan ibadah. Setiap pengunjung (anggota kelompok kecil) berpartisipasi mengambil tugas dalam ibadah, mulai dari majelis hingga sekolah minggu.

Pembagian tugas dan ajakan untuk berpartisipasi bersama dalam pelayanan akan memotivasi jemaat untuk giat melayani satu dengan yang lain dalam kehidupan.

Selain belajar saling melayani, Natal keliling juga menunjukkan kepedulian bagi warga jemaat yang sudah lanjut usia dan sakit. Warga jemaat yang sudah lanjut usia atau sakit, sudah tidak dapat lagi berpartisipasi dalam ibadah Natal di gereja. Oleh karena itu, Natal keliling menjadi sarana bagi mereka menerima pelayanan dan mengalami persekutuan dengan jemaat di momen Natal (Mastutik, 2021).

Dengan demikian, Natal keliling juga menjadi bentuk kepedulian dan solidaritas bagi kelompok masyarakat yang lanjut usia dan sakit.

Natal Keliling dan Dua Sisi Jamuan Kasih

Setelah ibadah Natal keliling, setiap warga jemaat akan berkunjung ke rumah kerabat, sahabat, bahkan siapa pun tuan rumah di wilayah ibadah untuk mengucapkan selamat Natal, bersilaturahmi, hingga hanya sekadar datang mencicipi makanan.

Selain warga jemaat, sahabat atau keluarga di luar jemaat pun ikut datang pada momen ziarah untuk mengucapkan selamat Natal, bersilaturahmi, dan menikmati makanan. Kondisi ini membuat Natal keliling diidentikkan dengan momen untuk berbagi kasih dengan sesama.

Uusaha berbagi pada Natal keliling juga tidak lepas dari kekurangan. Pada beberapa situasi dan tempat tertentu, tradisi ini mempertontonkan fenomena kerakusan. Tidak sedikit orang yang mengikuti acara ziarah dan jamuan kasih selalu ingin mencoba dan mengambil semua jenis makanan yang disajikan di setiap rumah.

Sebenarnya, membawa makanan ke rumah adalah pemandangan yang wajar dalam tradisi Natal keliling. Akan tetapi, makan secara berlebihan dari rumah yang satu ke rumah yang lain adalah tindakan yang tidak terpuji. Selain karena dimotivasi oleh kerakusan, munculnya gangguan kesehatan seperti kolesterol, hipertensi, asam urat, diabetes, dan berbagai penyakit lain, mengindikasikan bahwa praktik ini tidak dapat dibenarkan.

Kondisi di atas memperlihatkan bahwa “jamuan kasih” dalam Natal keliling “bagaikan pedang bermata dua”. Di satu sisi jamuan kasih menjadi ekspresi berbagi makanan bagi keluarga, sahabat, bahkan semua orang tanpa terkecuali. Akan tetapi, momen ini juga membuat munculnya berbagai penyakit menjelang perayaan Natal. Akibatnya, momen mempersiapkan diri mengalami disfungsi akibat penyakit yang justru “mengganggu” partisipasi dalam masa raya Natal.

Penutup

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tradisi Natal keliling sangat urgen dalam persiapan memasuki masa raya Natal. Akan tetapi momen persiapan ini perlu memperhatikan seluruh aspek kehidupan. Selain membangun relasi yang kuat dengan Tuhan dan sesama, melatih diri saling melayani, dan menunjukkan kepedulian bagi kelompok orang sakit dan lanjut usia, Natal keliling juga perlu memperhatikan kesiapan diri secara holistik.

Persiapan diri di sini tidak sekadar jamuan kasih, pakaian, serta kelengkapan atribut Natal. Kesehatan fisik juga perlu dipersiapkan termasuk dengan menjaga “cara makan”. Kerakusan tidak seharusnya diberi tempat dalam tradisi Natal keliling, agar tradisi ini tidak mengalami disfungsi. Munculnya penyakit yang disebabkan oleh cara makan yang tidak tepat adalah gangguan pada esensi tradisi Natal keliling sebagai momen mempersiapkan diri.

Referensi

Hagi, A. F. (n.d.). Panduan Natal Keliling. Mamasa.

Mastutik. (2021). Kajian Teologis terhadap Tradisi Natal Keliling dan Implementasinya dalam Perayaan Natal di Gereja Toraja Mamasa Klasis Salutambun. Institut Agama Kristen Negeri Toraja.

Nusantara Institute
Tim Redaksi

Nusantara Institute adalah lembaga yang didirikan oleh Yayasan Budaya Nusantara Indonesia yang berfokus di bidang studi, kajian, riset ilmiah, publikasi, scholarship, fellowship, dan pengembangan akademik tentang ke-Nusantara-an.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini