Sudah sangat lama komunitas Adat Karuhun Sunda Wiwitan (Agama Djawa Sunda) diganggu oleh pemerintah dan warga setempat.
Kini, mereka sedang dikeroyok dan digeruduk massa (Pemkab, Satpol PP dan elemen lokal lain plus warga setempat) karena bangunan bakal makam sesepuh (tokoh) dan pengikut agama lokal ini, seperti biasa, dituduh tidak memiliki IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) yang dibantah oleh komunitas Sunda Wiwitan sehingga harus disegel atau bahkan dirobohkan/dimusnahakan.
IMB sering atau selalu dijadikan sebagai alasan untuk mengganyang kelompok yang mereka tidak sukai. Jika masalahnya adalah IMB, memangnya ada berapa masjid dan mushala di Indonesia yang memiliki IMB? Memangnya ada berapa kompleks makam yang memiliki IMB?
Jika masalahnya adalah karena makam bisa menimbulkan praktik syirik yang menyesatan, ada berapa ribu makam para wali, raja & elit kerajaan, leluhur Nusantara serta tokoh bangsa dan agama di Indonesia yang harus disegel & dimusnahkan?
Faktor mendasar yang melatari praktik-praktik kekerasan dan keangkuhan itu sebetulnya bukan IMB melainkan overdosis fanatisme yang berdampak pada kebencian terhadap “yang lain.”
Celakanya, pemerintah & parlemen lokal kadang atau bahkan sering kali bukannya melindungi warga minoritas yang memiliki hak azasi penuh sebagai warga negara tetapi malah ikut menjadi “cheerleaders”, eksekutor dan penabuh gendang gendeng yang dimainkan oleh kelompok ultrakonservatif dan ultrafanatik.
Inilah salah satu tantangan terbesar pemerintah dan bangsa Indonesia kini dan masa mendatang, yaitu mengelola keragaman atau kebhinekaan dengan arif dan bijak. Jangan mentang-mentang merasa mayoritas bisa berbuat seenaknya sendiri.
Pemerintah juga harusnya berdiri “di tengah” – menjadi pengayom kepentingan semua golongan dan kelompok masyarakat yang beraneka ragam bukan malah menjadi corong kepentingan sekelompok tertentu saja karena Indonesia ini adalah produk bersama hasil keringat dari semua lapisan kelompok masyarakat yang ada di bumi pertiwi Nusantara ini.
TTD
Sumanto Al Qurtuby
Direktur Nusantara Institute dan pembina Nusantara Kita Foundation