H
aryanto Halim, seorang pengusaha keturunanĀ Budi Haliman Halim yang juga merupakan bos PT Marimas Putra Kencana menghidupkan tradisi berbagi dari keluarganya. Ia menyumbangkan sumbangan yang diperoleh dari berbagai momentum keluarganya, seperti pernikahan maupun kematian.
Haryanto Halim putra kelima, Sabtu (25/10/2019) pada sebuah acara sosialnya yang digelar di Orange Brown Cafe Semarang mengungkapkan bahwa ada tradisi yang dipertahankan turun temurun dari ayahnya, yakni menyumbangkan sumbangan untuk masyarakat atau lembaga yang membutuhkan. “Kali ini anak saya, Dian Halim yang belum lama ini menikah dengan Fernando Kose menyumbangkan seluruh perolehan sumbangan pernikahan untuk beberapa lembaga sosial yang tersebar di Indonesia. Ada 6 antara lain Nusantara Institute, Pondok Kasih Surabaya, Perkumpulan Bun Liang Tong (Rasa Dharma) Semarang dan Yayasan Panti Roseline Kupang Nusa Tenggara Timur. Untuk totalnya kami tidak ingin mempublishnya, akan tetapi semua sumbangan kami sumbangkan tanpa ada sedikit pun tersisa,” ungkap Haryanto Halim.
Di dalam keluarga Budi Haliman Halim, menurut Haryanto sudah lama melakukan hal menyumbangkan sumbangan. Ini menurutnya didasari rasa empati terhadap saudara-saudara atau masyarakat yang masih banyak hidup dalam suasana kekurangan atau membutuhkan bantuan.
“Papa saya dulu hidup di kampung dan pada masa kecilnya termasuk hidupnya kurang beruntung, namun karena tempaan kehidupan yang serba sulit itulah menjadikannya semangat untuk bangkit meraih sukses hingga pada akhirnya bisa bekerja di pabrik rokok dan punya perusahaan cengkeh serta sukses. Sejak anak-anak, meski kondisi kurang mampu selalu memiliki kepedulian terhadap sesama dan pada saat sukses perjalanan hidupnya selalu tak meninggalkan tindakan membantu sesama,” kenang Haryanto Halim.
Dian Halim, putri kedua Haryanto Halim yang mendonasikan sumbangan pernikahannya pun merasakan bahagia bisa meneruskan tradisi yang telah dibangun engkongnya (kakeknya). “Peduli dengan sesama akan mempengaruhi hidup. Kita merasa banyak teman dan hidup damai berdampingan. Saya tak pernah memikirkan pahala dan balasan lain dari Tuhan, akan tetapi dengan keikhlasan yang ada di hati, rasanya hidup kita menjadi tenang dan yakin terselamatkan dari segala bentuk kesulitan,” papar Dian.
Awalnya keluarga Haryanto Halim enggan tradisi yang dibangun ayahnya terekspos media, namun karena alasan bentuk tanggung jawab moral dan ingin mengajak semua orang untuk memiliki rasa peduli, maka Haryanto Halim pun mau sedikit buka suara.
Sumber: KRJOGJA.com