Jakarta, 28 Juli 2020 – Keberagaman masyarakat dari segi suku, bahasa, hingga agama membuat Indonesia teridentifikasi sebagai negeri yang kaya akan budaya. Kekayaan ini tentu perlu dijaga sehingga dapat dilestarikan untuk generasi mendatang, mengingat budaya merupakan identitas bangsa. Untuk itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) bersama Nusantara Institute dan Nusantara Kita Foundation menyatakan komitmen untuk terus mendukung berbagai kegiatan pelestarian budaya serta mendorong masyarakat untuk memiliki apresiasi dan penghormatan terhadap aspek-aspek kebudayaan lokal di Indonesia.
Komitmen tersebut diwujudkan melalui dukungan kontinu BCA terhadap gelaran Dialog Budaya Nusantara serta pemberian penghargaan pada para pemerhati, pelestari dan pejuang budaya dari berbagai kalangan masyarakat yang turut merawat kebudayaan lokal di Indonesia, baik melalui tulisan maupun aktivitas lainnya.
Tahun 2020 ini, Dialog Budaya Nusantara mengangkat tema “Perempuan dan Budaya Nusantara” yang karena pandemi Covid diadakan secara virtual. Kendati demikian, acara tetap berjalan lancar dan diikuti secara antusias baik oleh audiens maupun narasumber.
Gelaran ini dilaksanakan pada Selasa (28/07) yang dihadiri, antara lain, Direktur BCA Lianawaty Suwono, Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo, Executive Vice President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA Inge Setiawati, Direktur Nusantara Institute & Co-Founder dan Pembina Nusantara Kita Foundation (NKF) Sumanto Al Qurtuby, Co-Founder dan Ketua NKF Ida Widyastuti, dan Ketua Dewan Penasehat Nusantara Institute & Presiden Indonesia Global Compact Network Y.W Junardy, Anggota Dewan Penasehat Nusantara KGPH Dipokusumo. Co-Founder NKF M. Haris Setiawan, Penasehat NKF Ida Rsi Wisesanatha, Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jakarta Timur Azaz Rulyaqien, Senior Admin Grup Meditasi Spiritual Nusantara Hening Sambung Rasa Murdi Apriyani.
Turut hadir sebagai pembicara, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI sekaligus Ketua Dewan Penasihat PT Mustika Ratu Putri K Wardani, aktris, produser film dan aktivis sosial-budaya Christine Hakim, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia dan Anggota Dewan Penasehat United Nations Inter-Agency Task Force on Religion and Development Alissa Wahid, serta Guru Besar Studi Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Syafaatun Almirzanah. Acara ini dipandu oleh Sumanto Al Qurtuby yang juga dosen antropologi budaya di King Fahd University of Petroleum & Mineral dan Senior Scholar di National University of Singapore.
Tema dialog kali ini membahas tentang peranan perempuan dalam menciptakan, memperjuangkan, mempertahankan, mengembangkan dan melestarikan kebudayaan Nusantara. Kata “kebudayaan” (kultur atau “culture”) memiliki makna dan cakupan makna yang sangat luas mencakup kebudayaan material seperti situs-situs sejarah, busana dan karya akademik maupun kebudayaan nonmaterial seperti adat dan tradisi.
Sumanto Al Qurtuby menjelaskan, “Dalam sejarah Nusantara, perempuan menjadi salah satu avant-garde dan aktor budaya yang memiliki peran sentral dan kontribusi besar dalam menciptakan sekaligus mempertahankan dan melestarikan produk-produk kebudayaan di masyarakat. Tapi kini peran publik mereka sedang diuji seiring dengan munculnya kelompok ultrakonservatif agama yang cenderung menjadikan perempuan sebagai obyek bukan subyek, sebagai penonton bukan pemain, sebagai pemain ruang privat bukan aktor di ranah publik. Karena itulah seminar ini digelar.”
Sementara itu Direktur BCA Lianawaty Suwono memaparkan, “Setiap dari kita adalah agen budaya, tidak terkecuali para perempuan Indonesia. Agen budaya berperan dalam menciptakan, mempertahankan dan melestarikan kebudayaan di masyarakat. Kami percaya bahwa medium untuk melestarikan budaya juga variatif, mulai dari tingkat yang paling sederhana yaitu ibu kepada anaknya, pendidikan di sekolah, hingga institusi-institusi tinggi pengambil kebijakan politik, ekonomi, dan lainnya. Sayangnya, beberapa jalur kebudayaan ini masih didominasi oleh laki-laki dan cenderung mengesampingkan peran perempuan. Melalui kegiatan ini kesetaraan gender di Indonesia mendapat perhatian lebih dari kita.”
Menurut United Nations Development Programme (UNDP) melalui laporannya bertajuk Human Development Report 2018, Indeks Ketimpangan Gender (Gender Inequality Index/GII) di Indonesia termasuk yang tertinggi di ASEAN. Indonesia tercatat di peringkat keempat setelah Kamboja, Laos, dan Myanmar. Angka ini menunjukkan bahwa perempuan masih mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan laki-laki dalam memperoleh kesehatan, pendidikan, kesempatan berpolitik hingga memperoleh pekerjaan.
Lianawaty menambahkan, perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki peran besar dalam kebudayaan. BCA juga telah berkomitmen untuk menerapkan kesetaraan gender di operasional perusahaan dengan memberikan kesempatan kepada siapapun tidak terkecuali perempuan untuk menempati posisi strategis dalam perusahaan. Sebagai informasi hingga Desember 2019, sebanyak 27,3% direktur BCA adalah perempuan, 55,3% kepala cabang BCA adalah perempuan, serta 63,8% pegawai yang mendapatkan promosi adalah perempuan.
Selain diskusi (webinar), acara ini juga memberikan penghargaan pada pejuang budaya, baik akademisi maupun non-akademis, yang secara konsisten melestarikan budaya Nusantara. Penghargaan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Nusantara Academic Award, Nusantara Writing Grant, dan Waskita Nusantara Award. Nusantara Academic Award adalah penghargaan akademik yang diadakan oleh Nusantara Institute & BCA untuk disertasi doktor maupun tesis magister yang membahas aneka ragam kebudayaan Nusantara.
Peraih Nusantara Academic Award 2020 adalah Dhianita Kusuma Pertiwi dari Program Studi Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dengan tesis berjudul “Transformasi Konsep Kekuasaan dalam Adaptasi Sabha-Parva ke Lakon Wayang Purwa Sesaji Raja Suya Karya Ki Purbo Asmoro” dan Raudhatul Jannah dari Program Studi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dengan tesis berjudul “Sakdiah: Negosiasi Gender dalam Musik Pop Gayo”.
Sementara itu Nusantara Writing Grant, yang juga diselenggarakan oleh Nusantara Institute & BCA, adalah penghargaan dalam bentuk grant (bantuan finansial) untuk proposal penulisan disertasi doktor ataupun tesis magister terbaik yang membahas tentang aneka ragam aspek budaya dan agama lokal di Indonesia. Grant ini adalah untuk mahasiswa doktor/magister yang sudah menyelesaikan tahap riset (penelitian lapangan) dan tinggal menulis temuan-temuan hasil penelitian lapangan.
Peraih Nusantara Writing Grant 2020 adalah (1) Nusya Kuswantin (UGM) dengan judul disertasi “Strategi Melawan Dominasi: Studi Kasus Komunitas Buddha Kasogatan,” (2) Sriyadi (ISI Surakarta) dengan judul tesis “Gaya Penyajian Tari Bedhaya Bedhah Madiun di Pura Mangkunegaran, (3) Aisyah Nur Amalia (UIN Sunan Kalijaga) dengan tesis berjudul “Otoritas Spiritual dan Pergeseran Fungsi Polowijo-Cebolan di Keraton Yogyakarta: Studi Disabilitas dalam Budaya Jawa,” (4) Hesti Rositas Dwi Putri (ITB) dengan tesis berjudul “Kajian Struktur Motif Songket Palembang untuk Pengembangan Motif pada Songket Ogan Hilir,” dan (5) Nadhifa Indana Zulfa Rahman (UGM) dengan judul tesis, “Sistem Penamaan Tokoh-Tokoh dalam Hikayat Raja Pasai.”
Selanjutnya, Waskita Nusantara Award adalah penghargaan non-akademik yang diselenggarakan oleh Nusantara Kita Foundation & BCA untuk para pelestari budaya Nusantara. Tahun 2020 ini, yang berhasil meraih penghargaan untuk kategori ini adalah Komunitas Kabuyutan Cipaku, sebuah wadah yang menghimpun lintas generasi, yang memiliki kepedulian dan kecintaan terhadap leluhur dan ajaran yang diwariskannya serta merawat (ngamumule) situs peninggalan leluhurnya serta Sanan alias Surya Sindhu Patih seorang pelestari sejarah, budaya, dan cagar budaya, terutama di Gunung Penanggungan.
“Dengan penghargaan ini,” kata Ida Widyastuti, ke depan diharapkan akan ada semakin banyak kelompok sosial, lembaga swadaya masyarakat, perorangan atau komunitas yang peduli dengan aset-aset kultural, spiritual, dan intelektual warisan para leluhur Nusantara.”
“BCA akan terus mendukung upaya pelestarian budaya Indonesia, salah satunya melalui kegiatan edukatif seperti webinar pada hari ini, selain sejumlah penghargaan untuk para pelestari budaya Nusantara. Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan mendalam terhadap kebudayaan Indonesia serta peranan masyarakat, tidak terkecuali kaum perempuan, sebagai agen budaya,” tutup Inge Setiawati.[NI]